Hendaklah kamu semua mengusahakan ilmu pengetahuan itu sebelum dilenyapkan. Lenyapnya ilmu pengetahuan ialah dengan matinya orang-orang yang memberikan atau mengajarkannya. Seorang itu tidaklah dilahirkan langsung pandai, jadi ilmu pengetahuan itu pastilah harus dengan belajar. ( Ibnu Mas’ud r.a )

PHOTO TERBARU

PHOTO TERBARU
Studi Industri 2015

Jumat, 11 Februari 2011

"Indonesia Mengajar", Semua Boleh Daftar


DEPOK, KOMPAS.com - Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) maupun nilai akademis lainnya bukan harga mati untuk mengabdi menjadi penebar ilmu pengetahuan di kawasan-kawasan pedalaman. Program "Indonesia Mengajar" masih membutuhkan para sarjana yang memiliki niat dan tekad bulat untuk membagikan ilmunya di pedalaman-pedalaman Indonesia tanpa melihat latar belakang keilmuannya.

Demikian diungkapkan Program Manager Indonesia Mengajar (IM) Retno Widyastuti di "UI Career & Scholarships Expo XI-2011", Kamis (10/2/2011), di Balairung Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok.

Retno memaparkan, animo pendaftar tetap membeludak kendati pendaftaran program IM batch kedua periode tahun 2011 baru dibuka April nanti. Pendaftaran batch pertama sudah ditutup pada 31 Januari lalu. "Di sini (pameran) kami buka sampai Sabtu dan memberi kesempatan pengunjung yang tertarik rekrutmen untuk menuliskan alamat emailnya. Nanti, setelah dari sini kami akan memberikan notifikasi lewat email blast untuk aplikasi mereka pada April nanti," ujar Retno kepada Kompas.com.

Ia menambahkan, tingginya animo rata-rata pengunjung karena penasaran dengan program IM yang mengajak mereka mengajar sebagai guru di daerah-daerah pedalaman. Tak sedikit yang bertanya, lanjut Retno, apakah IM mengharuskan IPK tinggi atau program studi tertentu. "Di sini terbuka, tidak ada pengkotakkan harus lulusan bidang sains atau sosial atau pendidikan keguruan. Asalkan sarjana S-1, siapapun berhak mendaftar," terang Retno kepada dua pengunjung yang tengah bertanya.

Ayu misalnya, lanjut Retno, adalah mantan karyawati sebuah perusahaan di Singapura. Perempuan tersebut rela meninggalkan "kenyamanan" pekerjaannya di Singapura untuk ikut program ini. Untuk itulah, Retno menambahkan, kuota pendaftar terbuka bagi semua sarjana di wilayah Indonesia bagian barat hingga timur. Terbukti, pada pendaftaran bulan Januari lalu saja kandidat yang mendaftar mencapai 4.000 sarjana.

"Dari jumlah itu yang sampai pada proses memasukkan lamaran dan diterima pendaftarannya mencapai 1.200 lebih. Artinya, animo masih tinggi dan diperkirakan meningkat pada April nanti," kata Retno.

Ia berharap, para sarjana-sarjana berusia muda dan baru lulus perguruan tinggi mau mengabdikan diri dan ilmunya lewat IM. Tidak perlu khawatir dengan kemampuan mengajar, lanjut Retno, karena yang lolos seleksi nantinya akan diberi pelatihan sebelum diterjunkan sebagai pengajar. Retno melanjutkan, selain selama di pameran ini, pengunjung yang tertarik juga bisa melihat informasi lengkapnya di www.indonesiamengajar.org.

http://edukasi.kompas.com/read/2011/02/10/1610155/Indonesia.Mengajar.Semua.Boleh.Daftar

Rabu, 09 Februari 2011

Plus-Minus Semester Pendek

Setiap perguruan tinggi tentu memiliki peraturan yang berbeda demi terciptanya suatu lulusan yang memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul. Salah satu kebijakan yang dibuat di antaranya mengenai program semester pendek. Namanya saja semester pendek maka perkuliahan yang dijalankan dalam program ini bersifat pemadatan. Dengan kata lain materi perkuliahan yang sedianya digelar dalam satu semester dipadatkan menjadi beberapa bulan saja.
Di kalangan mahasiswa kebijakan program semester pendek tergolong cukup populer. Selain dinilai praktis sebagai cara mudah mempersingkat masa studi. Selain itu bagi mereka yang kurang mendapatkan nilai maksimal di perkuliahan reguler juga dapat memanfaatkan program ini sebagai kesempatan untuk remediasi. Hanya saja kemudahan yang ditawarkan program ini terkadang justru disalahartikan sebagian mahasiswa. Mereka menjadi malas untuk berusaha di perkuliahan reguler dan hanya bergantung pada pelaksanaan semester pendek.
Berdasar atas kondisi tersebut maka kemudian banyak yang mempertanyakan soal keefektifan dan keefisienan pelaksanaan semester pendek atau lebih dikenal disebut sebagai SP. Sehubungan dengan ini Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, Drs Buddy Riyanto MSi kepada Tim Akademia mengatakan penyelenggaraan SP pada dasarnya demi kebaikan mahasiswa itu sendiri.
Diutarakan mahasiswa yang mendapat nilai kurang memuaskan, dengan program semester pendek diberikan kesempatan untuk memperbaiki. “Semester pendek adalah proses perkuliahan yang dilaksanakan dalam waktu singkat, misalkan seharusnya mahasiswa menempuh mata kuliah selama 4 bulan, mahasiswa dapat mengikuti semester pendek selama 2 bulan saja, tentunya hal ini disyaratkan bagi mahasiswa yang ingin memperbaiki nilai,” ujar dia.
Berkaca pada pelaksanaan semester pendek di Unisri, Buddy mengatakan tidak bersifat wajib. Hanya saja bagi mahasiswa yang bernilai buruk, misalnya nilai di perkuliahan reguler maka dosen akan memberikan arahan untuk mengulangnya di semester pendek. Diterangkan untuk pelaksanaan semester pendek di Unisri digelar sekali dalam setahun. Dalam pelaksanaanya, pihak universitas mensyaratkan adanya batasan peserta.
“Di Jurusan Komunikasi peserta maksimal delapan orang, lebih ataupun kurang tak diperbolehkan. Dalam hal ini para dosen harus berusaha lebih baik lagi dalam proses pembelajaran agar nilai yang dicapai mahasiswa menjadi lebih baik,“ imbuhnya.
Terpisah, dengan alasan efektivitas, Universitas Sebelas Maret telah menghentikan program semester pendek sejak tahun 2007 lalu. Dekan FISIP UNS, Drs Supriyadi SU mengatakan penghentian kebijakan tersebut didasarkan atas surat keputusan Rektor UNS. “Pertimbangannya bahwa semester pendek meskipun efisien tetapi kurang efektif. Karena itu untuk menunjang efektivitas pembelajaran lebih dipilih model kurikulum berbasis kompetensi (KBK) agar mahasiswa lebih intensif dalam mengikuti kuliah,” papar dia.
Sementara mengenai mata kuliah yang tertinggal, dengan ditiadakannya semester pendek maka bisa ditempuh di semester berikutnya. Sebaliknya bagi mahasiswa yang berkeinginan mengambil mata kuliah di semester berikutnya lebih awal juga diperbolehkan. “Ini sesuai ketentuan dalam kebijakan sistem kredit yang kita gunakan,” imbuh Supriyadi.
Kerugian
Disinggung mengenai pandangan mahasiswa yang menilai semester pendek sebagai salah satu upaya mempercepat kelulusan, Supriyadi tidak banyak berkomentar. Kendati menguntungkan untuk mempercepat kelulusan tetapi kerugian yang diperoleh juga tidak bisa dibilang sedikit. Sebab, pendeknya waktu perkuliahan menyebabkan mahasiswa seolah dipaksa memahami materi sebanyak ketika menempuh kuliah reguler.
“Memang benar jika di semester pendek sudah pasti dianggap lulus. Tapi untuk pemahaman tentang mata kuliah tersebut mungkin sulit. Sehingga mahasiswa cenderung lebih memilih “hanya” lulus dan mendapat titel, ketimbang lulus dengan menguasai mata kuliah yang diajarkan,” papar dia.
Terlepas dari perbedaan kebijakan yang diterapkan setiap perguruan tinggi, sebagai mahasiswa tentu sudah bisa menimbang apa yang terbaik bagi dirinya. Salah seorang mahasiswa Jurusan PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Anindita Ayu S, misalnya berpendapat tak ada salahnya mahasiswa mengikuti semester pendek. Hanya saja hal itu harus benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Sebab menurut mahasiswa yang juga pernah mengikuti program semester pendek ini, dibutuhkan biaya yang relatif tidak murah. Dukungan dosen juga perlu diperoleh agar mahasiswa mampu menyelesaikan mata kuliah yang belum berhasil ditempuhnya. “Kalau memang sudah mampu mengikuti kuliah biasa kenapa mengikuti semester pendek? Karena itu sebelum mengikuti kita harus paham benar apa manfaat yang diperoleh,” ujar dia. (arum/bintang/radit)
Sumber: http://harianjoglosemar.com/berita/plus-minus-semester-pendek-31543.html

"Pembajakan" Ilmuwan Masih Berlangsung

Rabu,
09 Februari 2011
Jakarta, Kompas - Minimnya sarana dan pemanfaatan hasil riset serta lemahnya sistem penghargaan tidak menjadi kendala bagi sejumlah ilmuwan dalam mengembangkan keahlian. Namun, kondisi ini dimanfaatkan negara lain untuk ”membajak” ilmuwan Indonesia.

Sejumlah ilmuwan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, ilmuwan yang diincar terutama dengan keahlian langka.

”Iming-iming yang diberikan umumnya gaji tinggi dan fasilitas lengkap,” kata ahli mikrobiologi pada Pusat Penelitian Biologi LIPI, I Made Sudiana, Selasa (8/2) di Cibinong Science Center, Cibinong, Jawa Barat.

Sudiana baru-baru ini mengembangkan riset isolasi dan pengembangbiakan mikroba tanah dari lereng Gunung Merapi. Tujuan riset untuk percepatan pengayaan unsur hara lereng Merapi pascaletusan tahun lalu. Pengambilan sampel tanah berjarak 5 kilometer sampai 20 kilometer dari puncak Merapi.

Saat ini Sudiana mampu mengisolasi dan mengembangbiakkan lima strain mikroba endemik lereng Merapi yang berfungsi sebagai pelarut fosfat, penambat nitrogen, dan pengatur hormon tumbuh. Mikroba-mikroba itu kemudian diintegrasikan ke dalam pupuk organik cair yang sudah siap diaplikasikan untuk produksi pertanian di lereng Merapi yang kini sebagian besar masih tertutup material vulkanik.

”Mungkin karena hasil riset ini, negara tetangga menawari bekerja dengan gaji Rp 40 juta sebulan,” kata Sudiana. Lebih dari tujuh kali lipat dari gaji sekarang.

Merancang kebutuhan

Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi Amin Soebandrio mengatakan, Indonesia tidak secepat negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, atau Vietnam, dalam mengoptimalkan tenaga peneliti unggulan.

”Sebetulnya, bukan pendapatan tinggi yang diharapkan para periset, tetapi lebih pada iklim penelitian yang menyegarkan,” kata Amin.

Carunia Mulya Firdausy, profesor riset pada Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, mengatakan, negara-negara yang sedang melangkah maju melalui kegiatan riset, seperti Malaysia dan Korea Selatan, justru melarang para ilmuwannya bekerja ke luar negeri. Meski demikian, pemerintah memberikan fasilitas yang memadai untuk peneliti.

Amin mengatakan, ”pembajakan” para ilmuwan juga dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu sebagai prestasi menggapai reputasi internasional. (NAW)

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/2011/02/09/04204263/pembajakan.ilmuwan.masih.berlangsung

Minggu, 06 Februari 2011

Tahun 2011 dinobatkan sebagai Tahun Internasional Kimia 2011


Kabar gembira buat semua pecinta kimia, karena dua tahun mendatang tepatnya tahun 2011 dinobatkan sebagai Tahun Internasional Kimia 2011 (International Year of Chemistry – IYC 2011 – Our Life , Our Future). Gagasan Tahun Internasional Kimia 2011 ini pertama kali dicanangkan pada bulan Agustus 2007 pada pertemuan umum The International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) di Turin Italia. Gagasan ini ternyata disambut baik oleh dewan PBB dan pada pertemuan PBB bulan Desember 2008, IUPAC dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyetujui untuk merayakan tahun 2011 sebagai Tahun Internasional Kimia. Tahun 2011 juga bertepatan dengan peringatan 100 tahun penghargaan Nobel Prize Kimia untuk Mme Maria Sklodowska Curie, yang berarti juga peringatan akan kontribusi wanita ke ilmu sains.

Peranan kimia dalam kehidupan manusia begitu penting, seluruh materi baik padat, larutan dan gas tersusun dari berbagai unsur-unsur kimia dan bahkan seluruh proses kehidupan ditentukan oleh berbagai reaksi kimia. IUPAC dan UNESCO menyadari sudah saatnya untuk memperingati keberhasilan kimia dan sumbangannya bagi kehidupan manusia.

“Tahun Internasional Kimia akan meningkatkan apresiasi global terhadap perkembangan ilmu kimia dalam kehidupan kita dan masa depan kita. Saya berharap peringatan ini dapat meningkatkan kepedulian publik terhadap kimia dan meningkatkan ketertarikan kaum muda akan ilmu sains serta memberikan masa depan yang cerah bagi masa depan kimia”, sambutan dari Ketua the International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), Professor Jung-Il Jin pada pertemuan PBB.

“Saya menyambut kesempatan untuk memperingati kimia sebagai salah satu dasar dari ilmu sains,” ujar Koichiro Matsuura, Direktur Umum UNESCO, “Meningkatkan kepedulian publik terhadap kimia adalah suatu hal yang sangat penting dalam rangka menjawab tantangan pembangunan yang berkesinambungan. Adalah hal yang mutlak bahwa kimia berperan penting dalam membangun sumber alternatif energi dan menghidupi populasi dunia yang terus berkembang” tambahnya.

Dalam memperingati Tahun Internasional Kimia 2011 akan direncanakan berbagai aktivitas dan event baik regional, nasional dan internasional yang didukung baik dari asosiasi kimia nasional, institusi edukasi, industri, pemerintahan dan organisasi non-pemerintahan. Aktivitas dan event ini berusaha memperkenalkan kepada publik luas tentang peranan kimia, memberikan solusi terhadap tantangan global, dan membangun generasi muda yang peduli terhadap sains.

Situs chem-is-try.org juga akan turut aktif menyukseskan Tahun Internasional Kimia 2011 dengan berusaha bekerjasama dengan beberapa instansi yang peduli dengan sains. Jika kamu punya ide atau masukan untuk menyukseskan Tahun Internasional Kimia 2011, silahkan tulis pada bagian komentar artikel ini. Kami tunggu ide dan masukannya.

Ditulis oleh Soetrisno pada 19-03-2009
Sumber: http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/tahun-2011-dinobatkan-sebagai-tahun-internasional-kimia-2011/