PHOTO TERBARU
Selasa, 06 Desember 2011
MIPA = Fakultas Miskin Prospek?
MIPA = Fakultas Miskin Prospek?
Ketika kita hendak memilih jurusan di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, kita akan menemukan satu fakultas yang berisi jurusan-jurusan atau departemen-departemen ilmu murni, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan juga Farmasi. Di beberapa universitas, fakultas ini memiliki jurusan tambahan seperti Ilmu Komputer, Statistik, dan Instrumentasi. Fakultas tersebut adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Fakultas MIPA adalah fakultas yang terfokus pada konsep keilmuan secara murni dan mendalam di bidang pada masing-masing jurusan. Ini terlihat jelas dari kurikulum yang dimiliki oleh tiap jurusan. Misalnya pada jurusan Kimia, fokus konsepdiperdalam dengan adanya cabang-cabang seperti Kimia Analitik, Kimia Organik, Kimia Anorganik, dan Biokimia yang setiap cabangnya terdiri lagi dari berbagai spesifikasi. Begitu pula dengan jurusan yang lainnya.
Kefokusan paa ilmu dasar/murni yang dipelajari, membuat masyarakat berpikir bahwa MIPA adalah fakultas yang miskin dengan prospek dan prospek kerja. Sudah sangat berakar pola pikir dan anggapan bahwa lulusan MIPA hanya memiliki dua pilihan, ilmuwan atau guru. Ini disebabkan yang mereka pelajari hanyalah ilmu dasar dan kalaupun mereka bekerja di dunia perindustrian, mereka hanyalah konseptor penghuni laboratorium. Masalah penghasilan yang rendah pun turut menjadi bagian dari paradigma yang berkembang.
Padahal bila kita mengkaji lebih dalam lagi, kita akan menemukan fakta bahwa MIPA adalah ibu dari segala jurursan berbau sains. MIPA dapat pula diibaratkan sebagai akar dari sebuah pohon masa depan. Kalau kita sudah menjadi akar, bukankah kita akan punya banyak kesempatan untuk menumbuhkan jutaan cabang dalam mengembangkannya? Apalagi, di fakultas tersebut, para peserta didik akan diberikan penanaman pola pikir yang tidak diberikan di fakultas lain. Pola pikir yang berbeda dan berorientasi pada hal pasti akan menumbuhkan cabang-cabang yang kekar dan dinamis. Ketika sebuah pohon memiliki akar yang kuat, mau jadi pohon raksasa pun tidak masalah. Ini mengindikasikan bahwa visi menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pilar kemajuan bangsa akan tercapai dengan mudah bila para insan yang menghuni bangsa tersebut memiliki ilmu dasar yang kuat. Ini menunjukkan bahwa jurusan MIPA pun memiliki prospek yang luas.
Para lulusan MIPA pun memiliki banyak kesempatan untuk merangkul berbagai profesi. Industri perminyakan dan pertambangan yang dianggap sebagai lapangan kerja penuh untuk teknik, ternyata membutuhkan jasa ahli Kimia, Fisika, Biologi, dan Matematika dalam jumlah yang relatif banyak. Perkembangan teknologi yang dinamis membuat dunia perindustrian mencari berbagai cabang baru mengenai proses dan analisis metode produksi dari gabungan tenaga MIPA maupun teknik.
Negara Indonesia yang merupakan negara berkembang, membutuhkan pribadi-pribadi yang mandiri. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila orientasi para mahasiswa bukanlah bekerja, tapi menciptakan lapangan kerja. Para lulusan MIPA yang memang memiliki bakat sebagai konseptor, dapat membuat dan menciptakan inovasi baru untuk proyek-proyek pembangunan di segala bidang/sektor, seperti sektor pangan, kesehatan, teknologi komputer, dan konversi energi. Tentu saja ini akan menyerap banyak tenaga kerja.
Kita pun dapat melihat salah satu contoh sosok sukses hasil didikan Fakultas MIPA, yaitu Profesor Yohanes Surya. Beliau berhasil membawa Indonesia menjadi juara dunia Olimpiade Fisika Internasional tahun 2006. Kini, beliau merangkap banyak profesi sebagai ilmuwan, motivator, dosen, penulis, dan pengembang industri.
MIPA memang hanya berorientasi pada ilmu dasar secara mendalam, tetapi kreativitas dan pola pikir yang diterapkan secara baik akan menjadikan insan-insan MIPA sebagai insan-insan produktif yang tidak bergantung penuh kepada institusi/pemerintah dalam berkarya. Ini adalah jalan terbaik untuk menciptakan propek yang baik pula bagi lulusan MIPA dan tidak menutup kemungkinan bagi lulusan dari jurusan lain.
Sumber: http://nizzarrahman.blogspot.com/2010/02/mipa-fakultas-miskin-prospek.html
Minggu, 04 Desember 2011
News: Names Proposed for Elements of Atomic Number 114 and 116
At the Closing Ceremony of the International Year of Chemistry in Brussels on December 1st
2011 the President of the International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC),
Professor Nicole J. Moreau, announced the proposed names for the elements with atomic numbers 114 and 116. On May 1st last a Joint IUPAC-IUPAP (International Union of Pure and Applied Physics) Working Party assigned the priorities for the discoveries of these
elements (see www.IUPAC.org for details) to collaborative work between scientists from the
Joint Institute for Nuclear Research in Dubna, Russia and from Lawrence Livermore National Laboratory, California, USA (hereinafter referred to as the Dubna-Livermore collaborations). Following the procedure laid down by IUPAC the scientists involved in the collaboration were invited to propose names for the elements. With Professor Yuri Oganessian as spokesperson the collaborators have proposed the name flerovium (symbol Fl) for element number 114 and the name livermorium (symbol Lv) for that with number 116. These proposed names have now also been examined and approved by the Inorganic Chemistry Division (Division II) of IUPAC which clears the way for IUPAC to issue a Provisional Recommendations document. The Provisional Recommendations will be made available in the very near future for Public Comment for five months and will also be sent to expert referees. At the end of the Public Comment period, the Inorganic Chemistry Division will review the comments made and either revise the Recommendations or recommend approval by the IUPAC Council. After approval by the IUPAC Council, or its designate, the Recommendation of the name and symbol will be published in the IUPAC Journal, Pure and
Applied Chemistry. Both of the names proposed lie within the long tradition of the choice of names for elements. The proposal for 114 will honour the Flerov Laboratory of Nuclear Reactions where the
superheavy elements are synthesised. Georgiy N. Flerov (1913 – 1990) is recognised as a renowned physicist, author of the discovery of the spontaneous fission of uranium (1940, with Konstantin A. Petrzhak), pioneer in heavy-ion physics; and founder in the Joint Institute for Nuclear Research the Laboratory of Nuclear Reactions (1957). It is an especially appropriate choice because since 1991 this laboratory, in which the element was synthesised, has borne his name. Professor G.N. Flerov is known also for his fundamental
work in various fields of physics that resulted in the discovery of new phenomena in
properties and interactions of the atomic nuclei; these have played a key role in the
establishment and development of many areas of further research. The name proposed for element number 116 honours the Lawrence Livermore National Laboratory (1952). A group of researchers of this Laboratory with the heavy element research group of the Flerov Laboratory of Nuclear Reactions took part in the work carried out in Dubna on the synthesis of superheavy elements including element 116. Over the years scientists at Livermore have been involved in many areas of nuclear science: the investigation of fission properties of the heaviest elements, including the discovery of bimodal fission, and the study of prompt gamma-rays emitted from fission fragments following fission, the investigation of isomers and isomeric levels in many nuclei and the investigation of the chemical properties of the heaviest elements. About IUPAC - IUPAC was formed in 1919 by chemists from industry and academia. For more than 90 years, the Union has succeeded in fostering worldwide communications in the chemical sciences and in uniting academic, industrial, and public-sector chemistry in a
common language. IUPAC is recognized as the world authority on chemical nomenclature, terminology, standardized methods for measurement, atomic weights, and more. In recent years, IUPAC has been proactive in establishing a wide range of conferences and projects
designed to promote and stimulate modern developments in chemistry. Another key focus of
the organization is on improving chemistry education and encouraging public understanding of chemistry. More information about IUPAC and its activities is available at www.iupac.org. For questions, contact Dr. Terry Renner, Executive Director, at secretariat@iupac.org. In
2011, IUPAC was co-sponsor with UNESCO of the International Year of Chemistry,
www.chemistry2011.org. IUPAC's next Congress and General Assembly will be held in Istanbul, 9 – 15 August, 2013.