AFP/SCANPIX/JANERIK HENRIKSSON
Lars Thelander, Staffan Normark, dan Jan-Erling Backvall (kiri ke kanan), ketiganya dari The Royal Swedish Academy of Sciences, Rabu (6/10), mengumumkan peraih penghargaan Nobel Kimia 2010 di Stockholm, Swedia. Nobel Kimia diraih tiga ilmuwan secara bersama. Mereka adalah (foto mereka tampak di layar) Richard F Heck dari AS, Ei-ichi Negishi (Jepang), dan Akira Suzuki (Jepang).
Stockholm, Rabu - Tiga ilmuwan, satu orang dari Amerika Serikat dan dua lainnya dari Jepang, berbagi penghargaan Nobel Kimia, Rabu (6/10). Mereka membuat terobosan dalam cara melekatkan atom-atom karbon bersama-sama. Metode ini kini digunakan di dunia obat dan komputer.
Richard F Heck (AS) serta Ei-ichi Negishi dan Akira Suzuki—keduanya dari Jepang—sukses dengan penemuan mereka pada 40 tahun lalu. Metode ini kini disebut dengan palladium- catalyzed cross coupling. Dengan metode baru itu, terbentuk molekul baru yang lebih kompleks. Seperti diumumkan oleh The Royal Swedish Academy of Sciences, molekul kini digunakan untuk peralatan elektronik canggih.
Heck (79) adalah profesor emeritus pada University of Delaware dan sekarang tinggal di Filipina. Negishi (75) adalah seorang profesor kimia dari Purdue University di West Lafayette, Indiana. Sementara Suzuki (80) merupakan seorang pensiunan profesor dari Hokkaido University di Sapporo, Jepang.
Negishi kepada para wartawan di Stockholm, melalui telepon dari Indiana, mengatakan, dia amat gembira dan kaget menerima telepon dari Komite Nobel pada pagi buta kemarin. Dia mengaku memimpikan penghargaan tersebut ”setengah abad lalu”. ”Penghargaan Nobel menjadi mimpi saya ketika saya berusia 20-an,” ujarnya. Dia akan menggunakan hadiah sebesar 10 juta kronor (sekitar Rp 12 miliar) untuk melakukan riset.
”Saya baru mencapai separuh cita-cita saya dan saya masih akan bekerja beberapa tahun lagi,” ujar Negishi. Heck dari Filipina berkomentar, ”Awalnya seperti pekerjaan yang terus berlangsung, tidak jelas apakah berhasil atau tidak.”
Menurut Komite Nobel, pada musim semi tahun ini sejumlah ilmuwan mengumumkan telah berhasil melekatkan atom palladium pada graphene—temuan terobosan pemenang Nobel Fisika 2010.
Ultratipis
Dua ilmuwan kelahiran Rusia, Andre Geim (52) dan Konstantin Novoselov (36), menerima Nobel Fisika tahun ini. Keduanya adalah peneliti dan guru besar di Universitas Manchester, Inggris.
Keduanya sukses menemukan material karbon yang ultratipis dan dikenal sebagai material terkuat, 100 kali lipat lebih kuat dari logam, yang dikenal sejauh ini. Material ini disebut graphene.
Graphene merupakan materi yang vital untuk komputer supercepat dan layar sentuh yang transparan.
Sekarang, dalam berbagai percobaan, graphene terbuka kemungkinan untuk digunakan sebagai bahan pembuatan satelit, pesawat udara, dan mobil. Demikian ditegaskan Komite Nobel di Stockholm. ”Transistor graphene diprediksi akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan transistor silikon yang sekarang ada. Hasilnya adalah komputer yang amat efisien,” tulis situs resmi Nobelprize.com.
Keduanya asli Rusia dan memulai karier fisikanya di Rusia. Mereka bekerja sama di Belanda sebelum pindah ke Inggris.(AP/ISW/YUN)
Kompas, Kamis, 7 Oktober 2010 | 03:39 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar